Jumat, 03 April 2015

poetry



Jono Yang Hilang

Jono, kucari, kucari!
Rambut: Gelap. Bibir: Merah tebal.
Usia: Enam ribu dua ratus lima hari
Pekerjaan: Tidak ada atau, “menghilang.”

Jono, kemana kau sembunyi?
Mengapa kau sembunyi sayang?
Aku bicara dalam bayang misteri, berjalan dalam teka-teki,
aku tak bisa keluar, kata angin yang bertiup

Jono, kemana kau menghilang?
Apa kau naik karpet terbang?
Apakah kau suka flanel warna terang sekarang?
Dimana kau memarkir cintaku sayang?

Oh, Jono, musiknya bikin meriang
Apa kau berdansa, sayang?
Jono, siapakah idolamu sekarang?
Masihkah wanita bergaun merah jambu dan melompat lompat.
keduanya bercelana usang, berkaos belang, aku disudut, meradang

Jonoku, kebodohanku, matanya menipu,
Dan tak pernah terpejam saat menatap.
Nona, dari kota manakah engkau?
Taukah engkau abon?
Itu nama makanan dari sapi.


Jono kini aku sekarat
Nyaris mati karena sesal dan benci
Tinjuku yang berbulu coba kuangkat
Kudengar kau menyesal lagi


Itu mereka…
Dalam rintik hujan, di toko yang lampunya menyala!
Jeansnya dekil, dan amat kucinta,
Jono Subagyo, itulah namanya.

Itu mereka…
Jono dan kekasihnya!
Kuangkat kepalaku, dan mengikuti mereka.
Hanya kecemburuan yang menyelimutiku

*inspired from a great novel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar