PETUALANGAN CINTA JONO
Hari
masih pagi. Jono mengemas semua barang-barangnya dan siap untuk pergi. Namun
perasaan Jono masih enggan untuk meninggalkan rumahnya. Jono adalah seorang
pria tampan, cerdas, penuh semangat, sederhana, dan anak yang sholeh. Dua tahun
setelah ia kuliah di Stan Jakarta, dia langsung diperkerjakan di kantor
perpajakan di Kalimantan. Ini adalah tahun kedua Jono bekerja di Kalimantan.
***
Jono
sangat dikagumi oleh banyak orang. Selain tampan, dia juga pria yang cerdas dan
sholeh. Banyak gadis yang mengejar cintanya. Yang pada akhirnya hati Jono pun
jatuh ditangan seorang gadis anggun dan cantik bernama Priska. Priska adalah
adik tingkat Jono di Stan. Enam bulan mereka menjalin hubungan yang akhirnya
Jono pun lulus dan langsung dipekerjakan di Kalimantan. Mereka menjalin
hubungan jarak antara Jakarta dan Kalimantan. Jarak yang sangat jauh.
Pada
hari libur kerja, Jono selalu pulang ke Solo dan menyempatkan waktunya untuk
bertemu dengan Priska di Jakarta. Sampai suatu hari…
“Pris,
sudah hampir dua tahun aku bekerja. Umurku sudah semakin matang. Aku sudah
punya pekerjaan tetap dan memiliki rumah di Kalimantan. Aku ingin menjalin hubungan
yang lebih serius denganmu. Jika kamu mengizinkan aku ingin meminangmu. Apakah
kamu bersedia menjadi calon istriku ?”
Priska
pun terkejut. Ada keraguan di wajah Priska.
“Jon,
aku sangat ingin menjawab pertanyaanmu itu dengan jawaban ‘ya’. Tapi aku masih
bingung. Aku bekerja disini, di Jakarta, semua keluargaku disini. Kamu bekerja
di Kalimantan. Dan kamu juga bukan orang Jakarta asli, keluargamu jauh di Solo.
Dan kamu juga tau bahwa orangtuaku sangat menentang hubungan kita. Aku tahu
kamu adalah orang yang paling baik yang pernah kutemui. Siapa yang tidak ingin
menjadi calon istrimu ? aku minta maaf, Jon. Aku sungguh tidak ingin semua ini.”
jawab Priska sambil berlinang air mata.
“Aku
tahu jawabanmu, Pris. Dan aku mencoba mengerti perasaanmu. Mungkin ini sudah
jalan kita untuk tidak bersama. Aku menerima semua ucapanmu. Jumat pagi aku
sudah akan kembali ke Kalimantan. Mungkin ini pertemuan terakhir kita, jadi aku
sekalian pamit kepadamu. Terima kasih atas semua yang telah kau berikan
kepadaku. Itu adalah hal terbaik yang pernah kuterima seumur hidupku. Aku akan
terus menyayangimu, Pris.” Kalimat terakhir Jono yang kemudian beranjak pergi
dari tempat Priska.
“Maafkan
aku, Jon.” Jawab Priska lirih dan tertunduk sambil berlinang air mata.
Keesokan
hari, sahabat karib Jono, Mika, meminta Jono agar mereka bertemu di taman.
“Ku
dengar kamu akan kembali ke Kalimantan besok pagi, Jon ?”
“Ya,
memang benar, dari mana kau tahu ?.”
“Kemarin
aku bertemu dengan Priska. Dia yang bilang kepadaku.”
“Oh…”
jawab Jono singkat.
“Begini,
sebenarnya aku memintamu untuk bertemu disini karna aku ingin membicarakan
sesuatu padamu.”
“Ada
apa, Mik ? apa terjadi sesuatu ?”
“Begini,
seperti yang sudah kukatakan padamu, kemarin aku bertemu dengan Priska. Dan dia
kelihatan sangat sedih. Dia pun sudah menceritakan kepadaku semua yang telah
terjadi kepadamu dan Priska kemarin.”
“Jadi
dia bercerita semuanya padamu ? lalu apa yang ingin kau bicarakan ?”
“Sebenarnya
tidak seharusnya aku mengatakan hal ini kepadamu. Begini, Jon, sebelumnya aku
minta maaf. Sebenarnya selama ini aku sangat menyayangi Priska. Setelah aku
mendengar semua cerita Priska kemarin, aku memberanikan diriku untuk berbicara
ini kepadamu. Jika kamu mengizinkan, aku ingin meminang Priska. Aku minta maaf,
Jon. Kau pantas membenciku sudah berkata semua ini. Tapi aku hanya ingin
mengungkapkan semua isi hatiku yang sudah tersimpan lama.”
Jono
sangat terkejut dengan semua kalimat-kalimat yang dilontarkan Mika.
“Hemh…”
Jono menghela nafas.
“Sekarang
ini pasti kau sangat membenciku, Jon. Sekarang kau boleh mengolok-olokkan ku,
Jon. Aku pantas mendapatkannya. Aku menyesal, Jon. Kau boleh memukulku
sesukamu.”
“Engga,
Mik. Aku mengerti perasaanmu. Meski aku juga sangat terkejut dengan semua
perkataanmu. Aku sangat tidak menyangka semua ini akan terjadi. Kamu orang
baik, Mik. Aku mengenalmu dari dulu. Menikahlah dengan Priska. Pasti dia juga
akan bahagia memiliki pasangan sepertimu. Aku juga akan bahagia apabila orang
yang kusayangi bahagia.” Jawaban Jono melegakan hati Mika.
“Apa
kau sadar mengatakan semua ini, Jon ?” jawab Mika terkejut.
“Ya,
aku benar-benar sadar, dan aku sudah membuat keputusan.” Jawab Jono tenang yang
sebenarnya hatinya seolah tercabik-cabik oleh semua perkataan temannya. Jono
hanya tidak ingin menyakiti hati temannya.
“Aku
tidak tahu harus berkata apa, Jon. Aku sangat senang dan berterima kasih padamu
telah memberiku kesempatan. Terima kasih, Jon.” Sahut Mika bahagia.
***
Jono
berangkat ke Kalimantan dengan perasaan kecewa yang amat mendalam. Lamunannya
tak henti menatap jendela pesawat.
Sesampainya
di Kalimantan, ia menjalani kehidupannya seperti biasa bekerja di kantornya.
Enam
bulan berlalu, libur panjang pun tiba. Jono dan teman-teman sekantornya
berencana untuk berlibur ke Bandar Lampung. Mereka menyewa sebuah villa di
sana. Ketika Jono akan pergi ke mini market, ditengah jalan, ia tidak sengaja
menyempret seorang bapak-bapak di pinggir jalan. Jono pun mengantarkannya ke
rumah sakit terdekat. Untungnya bapak itu hanya terluka ringan, dan langsung
diperbolehkan pulang ke rumah. Jono pun mengantarkannya ke rumahnya.
“Pak,
maafkan saya, saya sudah menyempret bapak. Sungguh saya tadi tidak sengaja,
pak. Sekali lagi, saya minta maaf, saya sangat menyesal, pak.”
“Aku
tidak akan memaafkanmu sebelum kau melakukan dua syarat yang kuberikan
kepadamu.”
“Apapun
syaratnya pak. Saya akan mempertanggungjawabkan semua yang telah saya lakukan,
agar bapak memaafkan saya.”
“Syarat
pertama, kau harus menjadi tukang kebunku selama dua Minggu tanpa upah.
Bagaimana ? apa kamu bersedia ?”
“Baik,
pak. Saya akan melakukannya.”
Selama
dua Minggu, Jono melakukan semua tugasnya dengan baik. Dan selama dua Minggu
pula, bapak itu menyelidiki dan mencari tahu asal-usul Jono dan kepribadian
Jono. Baiknya si Jono, ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan maaf si bapak
apapun syaratnya.
Dua
Minggu pun berakhir.
“Sudah
dua Minggu lamanya saya bekerja ditempat bapak tanpa upah. Apakah bapak sudah
memaafkan saya ?”
“Masih
ada satu syarat lagi agar aku dapat
memaafkanmu.” Jawab si bapak.
“Apa
syarat itu,pak ?”
“Kau
harus menikahi putriku.” Dengan tegas bapak itu menjawab.
“Tapi,
pak…” Jono sangat terkejut.
“Kau
sudah berkata bahwa akan melakukan semua syarat yang kuberikan kepadamu agar
aku memaafkanmu. Ini syarat terakhirku.”
Jono
terdiam.
“Ada
yang harus kau ketahui. Anakku sudah tidak mempunyai Ibu dan mempunyai cacat
fisik. Dia buta, bisu, tuli, dan tangannya pun ceko. Terimalah dia apa adanya
agar aku dapat memaafkanmu. Besok pagi datanglah ke rumah ini dan kau temui
putriku.”
Perjalanan
pulang ke villa, Jono tak henti memikirkan apa yang dikatakan bapak itu. Dia
sangat bingung dan terkejut. Setelah sampai di villa, ia pun bercerita kepada
teman-temannya tentang apa yang telah terjadi. teman-temannya pun tidak habis
pikir dengan perkataan bapak itu.
Keesokan
harinya, Jono pergi ke rumah bapak itu lagi untuk menepati janjinya. Ketika
sedang mengetuk pintu dan mengucapkan salam, di seberang pintu ada suara wanita
yang menyambut salam si Jono dari dalam rumah. Jono berpikir bahwa itu anak
dari bapak-bapak itu. Namun ia juga tidak percaya, karena bapak itu berkata
bahwa anaknya buta, bisu, tuli dan ceko. Dia berpikir tidak mungkin itu adalah
anak dari bapak-bapak tersebut. Bahkan wanita itu juga dapat membukakan pintu.
Setelah
pintu dibuka, ternyata memang seorang gadis yang memakai cadar tertutup dengan
rapinya. Jono pun dipersilahkan duduk.
“Nyari
bapak, ya ? Tanya sang gadis.
Jono
hanya dapat menganggukkan kepalanya. Dalam hati dia bertanya-tanya mengapa
gadis itu berkata ‘bapak’.
“Tunggu
sebentar, silahkan duduk.” Jono pun duduk.
Tidak
lama bapak itu muncul.
“Akhirnya
kau datang, nak.” Sang bapak membuka pembicaraan.
“Apakah
gadis yang tadi itu anak bapak ?” Tanya Jono penasaran.
“Ya,
benar. Dia putriku satu-satunya.”
“Tapi,
kata bapak…” sahut Jono kaget.
“Ya,
memang aku mengatakan anakku buta karna dia tidak pernah melihat hal-hal buruk
yang penuh kemaksiatan, aku mengatakan anakku bisu, tuli karna dia tidak pernah
berkata hal-hal buruk dan mendengar hal-hal yang buruk. Aku mengatakan anakku
ceko, karna dia tidak pernah melakukan hal-hal yang buruk. Asal kau tahu,
selama ini aku menyelidiki asal-usulmu dan mengulik kepribadianmu. Kau penuh
tanggungjawab, bijaksana, dan kukira kau anak yang Sholeh. Semenjak aku tahu
tentang dirimu, aku langsung ingin menikahkan putriku denganmu. Percayalah putriku
ini mempunyai hati yang lembut dan baik, cerdas, dan sholehah. Namanya Nikita.
Akan kuperkenalkan kau dengannya. Nikita ! kesini, nak, temui tamu ayah !”
Nikita
pun muncul, lalu duduk di sebelah ayahnya.
Nikita,
cepat buka penutup cadarmu itu agar calon suamimu melihat kecantikanmu.”
Perintah sang ayah.
Dibukalah
cadar Nikita. Jono tertegun melihatnya. Nikita sangat cantik dan anggun. Jono
langsung simpatik terhadap Nikita yang sepertinya memang calon istri yang baik.
Pernikahan
singkat Jono dan Nikita pun diselenggarakan di Lampung tanpa kehadiran satupun
keluarga Jono. Hanya teman-teman Jono yang ikut berlibur ke Lampung lah yang
menjadi saksi sakral tersebut.
Sampai
suatu hari tiba saat Jono harus kembali ke Kalimantan untuk kembali bekerja.
Tentu saja dengan keluarga barunya.
Setahun
Jono hidup di Kalimantan bersama istrinya, Nikita, dan sudah dikaruniai seorang
anak laki-laki. Suatu hari, Nikita mendapatkan surat yang bertuliskan untuk
suaminya, Jono dari Jakarta. Lalu dibacanya surat itu.
Jono
tersayang,
Sangat
berat melewati masa dua tahun lamanya tidak bertemu denganmu. Semakin aku
menahan kerinduan ini, aku malah semakin tidak dapat melupakanmu. Aku selalu
teringat masa-masa dimana saat kita selalu bersama, Jon. Apa lamaranmu waktu
itu masih berlaku, Jon ? seharusnya aku tidak bertanya seperti itu ya ?
ngomong-omong, bagaimana keadaanmu sekarang,Jon ? semoga baik. Coba tebak,
disini aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Banyak cerita yang ingin
kuceritakan padamu.
Setelah
kejadian waktu itu, tiba-tiba Mika sahabatmu itu melamarku. Aku benar-banar
tidak habis pikir waktu itu. Kemudian aku menolaknya dan tidak jadi menikah
dengannya, karna aku masih sangat sayang kepadamu. Orangtuaku selalu memaksaku
untuk menikah dengannya. Tapi aku tetap tidak menginginkannya.
Jon,
kuharap kau masih mengingatku. Aku sangat merindukanmu. Aku berencana untuk
mengunjungimu di Kalimantan Minggu depan. Semoga kamu bersedia menjemputku di Bandara.
Sekian
dulu surat dariku. Sekali lagi aku sangat merindukanmu.
Priska,
yang selalu merindukanmu.
Nikita
sangat terkejut menerima surat tersebut. Kemudian ia langsung mengkonfirmasikan
surat tersebut kepada suaminya. Jono menjelaskan semua apa yang sebenarnya
terjadi.
“Percayalah
Nikita, aku tidak tahu apa-apa tentang isi surat itu. Memang benar, sebelum aku
mempersuntingmu, aku mempunyai kekasih di Jakarta. Namun kukira, dia sudah
menikah dengan sahabatku setelah aku pindah ke Kalimantan. Namun ternyata semua
itu tidak terjadi. dan kau juga tahu, bahwa pernikahan kita pun tak banyak
orang yang tahu bahkan keluargaku. Aku benar-benar minta maaf. Aku juga tidak
ingin semua ini terjadi.”
“Aku
tahu mas, aku mengerti. Minggu depan temuilah dia di Bandara.”
“Apa
maksudmu, Nik ?”
“Jikalau
kau ingin mempersunting Priska, aku ikhlas.” Jawab Nikita tenang dan penuh
kesabaran.
Jono
bimbang untuk menentukan pilihan. Di satu sisi dia mempunyai istri yang sangat
luar biasa dan disisi lain Priska yang sangat dicintainya menunggunya. Jono
tidak ingin melukai hati dua wanita yang sangat baik tersebut.
Hari
yang mendebarkan itupun tiba. Jono beserta istri dan anaknya yang masih dalam
gendongan menemui Priska di Bandara.
Setelah
bertemu, mereka berbicara di suatu restoran.
“Begini
Pris, aku akan menjelaskan semua yang telah terjadi. Setelah kejadian itu, dan
setelah aku kembali ke Kalimantan, aku menikah dengan seorang gadis.
Perkenalkan ini istriku dan anakku. Maafkan aku tidak sempat memberitahumu
tentang ini, karena saat itu keadaannya sangat rumit. Aku memutuskan untuk
menikah karna sebelum kembali ke Kalimantan, kukira kau akan dipersunting oleh
Mika. Karna Mika sendirilah yang telah mengatakannya padaku. Tapi ternyata kau
menolaknya. Kukira saat itu kau akan melupakanku, karna saat itu kau
benar-benar menolakku. Maafkan aku Pris.” Jono menjelaskan semuanya. Priska
kaget dan tidak menyangka semua ini terjadi.
“Kau
jangan terus menyalahkan dirimu sendiri, Jon. Sebenarnya akulah yang harus
dipersalahkan. Dulu aku menolakmu dan sekarang tiba-tiba aku mengejarmu kembali
yang ternyata sekarang sudah memiliki keluarga. Aku sangat malu dengan diriku
sendiri. Maafkan aku Jon, dan mbak Nikita, saya benar-benar minta maaf sudah
mengganggu keluarga anda. Saya sangat malu. Saya seperti orang yang tidak punya
muka. Saya benar-benar minta maaf mbak Nikita.” Kata Priska sambil menangis.
“Jangan
berbicara seperti itu mbak Priska. Ini semua musibah. Tidak ada dari kita yang
menginginkan ini terjadi. Jikalau mbak Priska menikah dengan mas Jono pun, saya
ikhlas mbak, sungguh.” Nikita meredam.
Jono
terdiam.
“Tidak
mbak Nikita. Saya tidak akan mengganggu keluarga mbak dan Jono. Sungguh saya
tidak punya malu jika itu saya lakukan. Saya akan kembali ke Jakarta dan
membangun kehidupan saya yang baru. Semoga kita selalu menjadi teman baik dan
tidak putus silaturahmi.” Jawab Priska.
“Tentu
mbak Priska, kami akan selalu menjadi
sahabat mbak Priska. Ya kan mas ?” Jono mengangguk.
Hari
itu pun akhirnya berakhir dengan baik meski masih ada rasa-rasa yang tidak enak
dihati.
Beberapa
hari kemudian Jono berencana pulang kampung ke Solo memperkenalkan istri dan
anaknya kepada keluarganya. Kini giliran keluarga Jono yang akan terkejut. J
~TAMAT~