LONGING
Setelah
kepergian ayahnya, Rony, Sovia, dan ibunya pindah ke rumah lama nenek mereka.
Rumah mereka dijual karna setelah
sepeninggalan ayahnya, mereka mengalami masalah keuangan.
Rony
dan Sovia mengerti akan keadaan ibunya dan menerima rumah mereka dijual, namun,
untuk pindah ke rumah neneknya yang lama tidak ditinggali sejak nenek mereka
meninggal tahun 2000 dan letak rumah nenek mereka yang jauh dipedesaan, mereka
sedikit menggerutu. Mereka pun juga harus pindah sekolah dipedesaan itu, dimana
jarak antara rumah dan sekolahnya sekitar 30 km.
Sudah
seminggu lamanya mereka tinggal di rumah lama nenek mereka. Rumah tua, kuno,
gaya rumah ala tahun 1920 sudah tampak layak untuk ditinggali. Mereka tidak
memiliki tetangga. Rumahnya dikelilingi kebun-kebunan yang rindang. Halaman
rumah mereka cukup luas. Sekitar 100 m dari belakang rumah mereka pun terdapat
danau yang indah, sangat alami seperti belum tersentuh tangan manusia sekalipun.
Tetangga paling dekat mereka sekitar 100 m dari rumah mereka. Pemandangan
disana sangat indah.
Seminggu
berlalu, Rony dan Sovia mulai masuk ke sekolah baru mereka. Ibunya mulai
bekerja di toko roti dekat sekolah mereka, jadi setiap pagi mereka dapat pergi
bersama dengan mobil tua yang mereka miliki. Dan setiap harinya, mereka kembali
ke rumah pukul tiga sore.
“bagaimana hari pertama kalian ?” ibu mereka bertanya.
“biasa saja ibu, seperti sekolah pada umumnya” jawab
Sovia, Rony sibuk dengan ponselnya.
“apa kalian sudah mempunyai teman disana ?”
“entahlah” jawab Sovia singkat dan terlihat lelah.
“baiklah, ibu akan menyiapkan makan malam untuk
kalian, kalian istirahatlah di kamar.” Sahut ibu dengan hangat.
Sovia dan Rony masuk ke kamar mereka masing-masing dan
ibunya memasak di dapur. Belum lama Sovia meletakkan tas dan berbaring, ia
mendengar suara ada yang mengetuk pintu di lantai bawah. Dari lantai dua Sovia
memanggil ibunya, namun ibunya tidak mendengarnya. Ia menengok dari jendela
kamarnya dan melihat ada seorang wanita berambut panang diluar. Sovia mengira
bahwa itu adalah seorang tamu. Namun Sovia berpikir, siapa tamu yang datang
jauh-jauh kemari. Sovia pun turun, bermaksud untuk membukakan pintu untuk si
wanita tadi. Namun setelah Sovia turun dan membukakan pintu, tidak ada seorang
pun di luar.
“apa ibu tadi tidak mendengar ada yang mengetuk pintu
?” Tanya Sovia.
“tidak sayang, ibu tidak mendengarnya, apa kau
mendengarnya, Rony ?” jawab ibu.
“tidak” jawab Rony singkat.
“tapi aku tadi melihat ada wanita tua dari jendela
kamarku. Namun, setelah aku membuka pintu, tidak ada seorang pun di luar.”
Jelas Sovia.
“mungkin kau sedang kelelahan sayangku, habiskan makan
malammu lalu pergi tidur. Kita harus berangkat pagi-pagi besok. Dan jangan lupa
minum susumu.” Jawab ibunya.
Sovia masih berpikir tentang apa yang terjadi sore
tadi. Sovia sulit untuk tertidur. Sovia terasa sulit untuk bernafas, seperti
ada yang mencekiknya, mendorongnya dan menenggelamkannya ke dasar danau. Wanita
tua sore tadi, ia melihatnya dalam samar-samar. Sovia semakin sulit untuk
bernafas. Kemudian Sovia terbangun. Tepat pukul satu malam Sovia terbangun. Ia
mengalami mimpi buruk. Ranting pohon dekat jendela kamarnya terus bergerak
terkena angin dan bertumbukan dengan jendela membuat Sovia sulit untuk kembali tidur.
Malam
itu sangat mencekam. Hujan turun dan angin yang cukup kencang. Sovia masih
ketakutan akan mimpi buruk yang dialaminya. Sampai jam tiga pagi Sovia masih
terjaga dalam lamunannya. Kemudian ia ke kamar ibunya.
“ibu, bolehkah aku tidur disini ?”
“oh, ada apa sayang ? kemarilah, ini hanya hujan.”
Sahut ibunya. Sovia tertidur di pelukan ibunya.
Akhir
minggu tiba, namun ibu mereka harus tetap bekerja. Rony dan Sovia tinggal di
rumah berdua. Sovia mengajak Rony untuk
pergi ke danau. Sudah sebulan lamanya mereka tinggal disitu, namun mereka belum
pernah kesana. Awalnya Rony menolak, namun Sovia terus memaksanya. Akhirnya ia
mau pergi ke danau.
“wow…danau ini benar-benar indah” kata Sovia. Rony
sibuk dengan dirinya sendiri dan berkeliling. Ia melihat sesuatu di bawah
pohon. Ia menghampirinya. Ternyata sebuah celengan kuno yang sudah usang. Tiba-tiba
Sovia memanggilnya dan mengajaknya untuk duduk di tepi danau. Mereka jarang
sekali mengobrol karna Rony yang pendiam.
“siapa yang meletakkan bangku besi ini disini ya ?
siapa pun yang meletakkannya, pasti dia sangat suka duduk disini untuk
menikmati pemandangan yang indah ini. Apa nenek yang meletakkanya ?” Sovia
mencoba untuk membuka suatu percakapan.
“entahlah” jawab Rony singkat.
“apa itu” Tanya Sovia kepada Rony yang membawa
celengan yang ia temukan dibawah pohon tadi. “apa itu untukku ?”.
“ini, ambillah. Aku menemukannya dibawah pohon.” Jawab
Rony.
“wah…unik sekali. Aku akan menabung dan kumasukkan
kedalam sini. Tapi…kalau ini ada pemiliknya bagaimana ?” Tanya Sovia.
“kalau suka ambillah, tidak mungkin ada pemiliknya.
Sepertinya celengan itu sudah lama tergeletak disana. Ayo pulang ! aku lapar.”
Jawab Rony.
Sepanjang
perjalanan, Sovia dan Rony terus membicarakan tentang nenek dan ayah mereka.
Seumur hidup, mereka berdua belum pernah melihat wajah nenek mereka. Sebelumnya
pun mereka belum pernah mengunjungi rumah nenek mereka yang sekarang menjadi
tempat tinggal mereka itu. Ayah mereka selalu melarang mereka untuk datang ke
rumah nenek mereka saat mereka berdua merengek untuk pergi kesana. Sampai
sekarang pun mereka tidak tahu, apa alasan ayah mereka melarang mereka dan
ibunya untuk menemui nenek mereka.
Setelah
makan malam, Rony dan Sovia pergi ke kamar mereka masing-masing untuk tidur.
Ibunya masih membereskan ruang makan. Tiba-tiba terdengar ada yang menyalakan
televisi. Ibu mereka mengira bahwa Rony atau Sovia lah yang menonton televisi.
Namun, setelah sang ibu menengok dan bermaksud untuk menegur Sovia atau Rony
untuk segera tidur, ternyata di ruang televisi itu tidak ada siapa pun disana,
namun televisi dalam keadaan menyala. Sang ibu bingung dan langsung mematikan
televisinya. Ibu menengok Rony dan Sovia sudah tertidur pulas di kamar mereka.
Ibu langsung pergi kamar dan masih terheran-heran kenapa televisi tadi dapat
menyala dengan sendirinya.
Tepat
pukul satu malam, terdengar suara benturan dibagian dinding bawah tangga. Rony
lah yang pertama kali terbangun. Ia penasaran dan keluar dari kamarnaya. Ia
menengok kearah bawah tangga. Ia melihat adiknya, Sovia, sedang membenturkan
kepalanya kearah dinding berulang-ulang. Ia langsung membangunkan ibunya. Rony
dan ibunya pun turun dan menghampiri Sovia. Mata Sovia terpejam sambil membawa
celengan yang didapatkannya dari tepi danau sore tadi. Ternyata Sovia tertidur
sambil berjalan. Baru kali pertama ini Sovia mengalami tidur sambil berjalan.
Rony dan ibunya kembali mengantarkan Sovia ke kamarnya dan Sovia pun tidur
dengan ditemani ibunya.
Hari
berikutnya, tepat pada hari Minggu, ibu Rony dan Sovia kembali bekerja dan
diharuskan lembur dan pulang larut malam. Seperti biasa, mereka sarapan pagi
bersama.
“Sovia, apa kau baik-baik saja, nak ?” Tanya ibu.
“aku baik bu, kenapa ibu bertanya seperti itu ?”
“tadi malam kau tidur sambil berjalan.” Sahut Rony.
“benarkah ? aku tidak merasakan apapun, bahkan aku
merasa tidurku sangat nyanyak semalam.” Sahut Sovia.
“mungkin kau terlalu lelah, sayang”. Tambah ibu.
“yang benar saja ibu…aku tidak melakukan apa-apa. Yang
benar, seharusnya ibu yang kelelahan karna ibu harus bekerja keras untuk
menghidupi kami berdua.” Sahut Sovia dan ibunya pun tertawa.
“apa kau belum mengaca pagi ini ? lihat dahimu membiru
karna kau terus membenturkan kepalamu ke dinding dan membawa celengan usangmu
itu. Semalam kau benar-benar membuatku ketakutan.” Rony yang cukup serius.
“benarkah?” Tanya Sovia.
“sudahlah Rony, habiskan sarapanmu.” Sahut ibu.
Seharian
setelah Rony dan Sovia membersihkan rumah, mereka hanya menghabiskan waktu
mereka dengan menonton televisi. Rony yang sedang sibuk dengan gadgetnya,
tiba-tiba mendengar suara ketukan di dinding dimana Sovia membenturkan
kepalanya saat mengigau semalam.
“Sovia, apa kau juga mendengarnya ?” Tanya Rony.
“mendengar apa?”
“matikan televisimu !”
“iya, aku juga mendengarnya, sepertinya ada dibalik
dinding itu.” Sahut Sovia.
Suara ketukan itu semakin keras dan cepat. Rony dan
Sovia pun menghampiri suara yang ada dibalik dinding itu. Saat Rony dan Sovia
sampai di depan dinding itu pun suara ketukan tadi sontak berhenti.
“sepertinya ada ruang didalam sana.” Kata Rony sambil
mengetuk-ngetuk dinding kayu itu.
“Rony, aku takut.” Sahut Sovia.
“Sovia, ambilkan aku kapak !” perintah Rony.
“untuk apa?”
“aku akan membongkar dinding ini.” Jawab Rony.
“jangan Rony, nanti ibu marah.”
“cepat !” bentak Rony.
Rony pun membongkar dinding kayu itu. Setelah dinding
itu berhasil dibongkar, Rony dan Sovia sontak terkejut. Di dalam dinding itu
terdapat ruangan kecil berisi beberapa barang-barang antik dan sebuah peti
kecil berisi foto. Dan yang membuat Rony dan Sovia terkejut adalah, di dalam
ruang kecil yang awalnya tertutup rapat oleh dinding kayu itu terdapat celengan
yang mirip dengan milik Sovia yang ditemukan Rony di bawah pohon dekat danau.
Saat Sovia ke kamar untuk mengambil celengannya, celengan itu tidak ada di
kamarnya. Rony dan Sovia pun terkejut. Karna suatu ketidakmungkinan kalau
sebuah celengan dapat berpindah dengan sendirinya di ruang yang sebelumnya
tertutup rapat itu. Rony dan Sovia sangat bingung dan ketakutan.
Setelah
kejadian itu, Rony dan Sovia terdiam tak dapat berkata-kata. Mereka terus melihat
foto-foto yang ada didalam peti kecil yang mereka temukan didalam ruang kecil
dibalik dinding tadi. Didalam foto-foto tersebut terdapat gambar seorang wanita
dengan anak laki-laki yang membawa celengan yang mirip dengan yang ditemukan
Rony di tepi danau. Mungkin foto itu diambil sekitar tahun 1940-an. Foto-foto
itu sangat usang. Kemungkinan foto itu adalah foto nenek dan ayah mereka.
Karena foto itu diambil dengan latar rumah mereka. Mereka berdua terus merenung
di ruang tamu dan tidak berani beranjak dari tempat itu sampai ibu mereka
pulang. Setelah ibu mereka pulang, mereka pun menceritakan semua yang telah
terjadi kepada ibu mereka. Ibu mereka berjanji kepada Rony dan Sovia akan
menceritakan tentang nenek dan ayah mereka keesokan harinya.
Keesokan
harinya, ibu Rony dan Sovia menceritakan tentang masa lalunya. Ibu Rony dan
Sovia dulu adalah seorang yatim piatu miskin yang orang tuanya dulunya adalah
seorang penganut Yahudi. Ayah mereka pun jatuh cinta kepada ibu mereka. Sang
nenek atau ibu dari ayah mereka tidak merestui hubungan ayah dan ibu mereka
karna alasan latar belakang ibu mereka itu. Namun, ayah mereka pun bertekad
untuk menikahi istri yang dicintainya walau tidak direstui. Merekapun akhirnya
menikah tanpa restu sang nenek. Semenjak itu, sang nenek bersumpah, apabila
sang nenek bertemu dengan istri dan anak dari anak laki-laki satu-satunya itu,
ia akan membunuh mereka semua. Itulah alasan sang ayah melarang istri dan
anak-anaknya untuk bertemu sang nenek. Ayah mereka pun meninggal secara tidak
wajar. Ayah mereka yang baru saja pulang dari bekerja, tiba-tiba ditemukan
meninggal di kursi goyangnya setelah terdengar teriakan seorang wanita. Sampai
sekarang pun penyebab kematiannya belum diketahui.
Semenjak ditemukannya celengan di tepi danau
itu, kejadian-kejadian janggal di rumah itu pun terus terjadi. Sovia semakin
sering tidur sambil berjalan dengan membawa celengan ayahnya tepat pada
pukul satu malam. Rony dan ibunya sering
dihantui oleh bayangan hitam dan suara-sura janggal, seperti suara kuku yang
sedang menggaruk-garuk kayu dan suara seorang wanita tua yang tertawa dan
menangis. Gangguan seperti televisi dan radio yang menyala dengan sendirinya
pun juga sering terjadi. Anehnya, hanya Sovia yang tidak mengalami gangguan
seperti itu. Namun, Rony dan ibunya semakin khawatir dengan keadaan Sovia.
Bukan hanya karna Sovia sering tidur sambil berjalan, namun, Sovia dari hari ke
hari semakin kurus dan kantung matanya menghitam. Namun Sovia tidak merasakan
sakit apapun. Sovia sendiri pun juga heran dengan dirinya sendiri. Dia pun
merasa malu saat pergi ke sekolah karena keadaan tubuhnya yang seperti itu.
Saat diperiksakan ke dokter, Sovia mengalami gangguan penyerapan gizi. Sovia
pun dianjurkan untuk terus meminum obat dan makan yang banyak. Namun, tubuhnya
tetap kurus kering.
Sampai
suatu hari, terlintas dipikiran sang ibu untuk memanggil paranormal untuk
membersihkan rumahnya dari gangguan-gangguan setan. Akhirnya, atas keputusan
Rony dan ibunya, mereka memanggil paranormal ke rumah mereka. Keluarga mereka
memang beragama, namun mereka bukan keluarga yang benar-benar taat beragama. Saat
paranormal tiba di rumah mereka pun, ia sudah merasakan hawa-hawa yang
mengganggu, terutama di dinding bawah tangga, pintu masuk, kamar Sovia, dan
didalam tubuh Sovia sendiri. Di hari itu, sang paranormal mengamati keadaan di
rumah mereka. Sampai tengah malam pun tiba. Tidak terjadi kejadian apapun
dirumah itu seperti yang biasanya terjadi. Rony, ibunya dan paranormal
berdikusi di meja makan tanpa mengikut sertakan Sovia. Sovia sudah tertidur
pulas dikamarnya. Paranormal itu mengungkapkan beberapa titik tempat roh-roh
jahat dirumah itu, termasuk yang ada didalam tubuh Sovia. Dan hal yang paling
mengejutkan adalah, bayangan hitam yang terus menampakkan wujudnya terhadap
Rony dan ibunya itu adalah arwah ayah dan suami mereka. Mereka benar-benar
terkejut. Dan paranormal itu mengatakan bahwa yang membunuh ayah dan suami
mereka sebenarnya adalah ibunya sendiri, atau roh sang nenek. Rony dan ibunya
sontak tidak mempercayai apa yang sudah dikatakan sang paranormal.
“bagaimana mungkin roh jahat dapat membunuh seseorang
? jika benar, kenapa kami tidak langsung dibunuh saja tanpa adanya
gangguan-gangguan seperti ini !” Tanya ibu kepada sang paranormal.
“seperti yang sudah saya katakan, bayangan hitam yang
sering kalian lihat adalah suami Anda. Dia berusaha untuk melindungi
keluarganya dari roh ibunya. Itulah mengapa kalian sulit untuk diganggu
langsung oleh roh nenek kalian. Tapi lihatlah keadaan Sovia. Tubuhnya semakin
lemah. Ia tidak merasakan bahwa ia telah diikat oleh roh neneknya. Sovia masih
beruntung karna celengan ayahnya yang ia miliki. Sovia tertidur sambil berjalan
bukan tanpa alasan. Ia dibisiki roh neneknya untuk mengurung celengan ayahnya
itu ke dalam dinding itu agar sang nenek bisa membunuhnya. Celengan itu adalah
cara ayah kalian melindungi kalian. Namun, lambat laun, dalam keadaan Sovia
yang semakin memburuk seperti ini, nyawa Sovia bisa melayang dan kalian pun
akan bisa menyusulnya.” Sahut sang paranormal.
“lalu apa yang dapat kita lakukan ?” sahut Rony.
“kita harus melakukan pengusiran arwah.” Jawab paranormal.
Keesokan
harinya, paranormal dan kawan-kawannya mempersiapkan proses pengusiran arwah.
Sovia tampak sangat gelisa. Entah Sovia atau roh neneknya. Sebelum dilakukan
pengusiran arwah, Sovia telah diberitahu tentang keadaannya dan ia mau
bekerjasama.
Di
ruang tengah, akhirnya pengusiran arwah pun dimulai. Sovia duduk ditengah
dengan dikelilingi para paranormal yang membacakan doa pengusiran dan
keluarganya. Doa-doa terus dibacakan. Tubuh Sovia bergetar tak terkendali.
Sampai pada puncaknya, semua barang-barang dirumah itu bergerak dengan
sendirinya. Titik tempat roh yang ditunjuk sang paranormal sebelumnya pun
mengeluarkan suara gemuruh yang mengerikan. Dalam waktu yang bersamaan, Sovia
berterik dan menjerit, tertawa sekaligus menangis kesakitan. Seketika wajah
Sovia berubah menjadi menakutkan, seperti bukan Sovia. Sovia tampak seperti
nenek-nenek yang mengerikan. Ia terus menjerit dan membenturkan kepalanya ke
lantai. Sovia dipegangi oleh Rony dan beberapa rekan paranormal agar ia tidak
melukai dirinya sendiri. Sovia terus menjerit dan berusaha untuk melukai
dirinya sendiri. Doa-doa pun terus dibacakan tanpa henti.
“aku akan membunuh kalian semua ! aku akan membunuh
kalian semua ! aku akan membunuh kalian semua ! kalian telah merenggut anakku
!” teriak Sovia dengan suara yang bukan suara Sovia sebelumnya.
“hanya Tuhan yang dapat mengambil nyawa para umatnya.
Kau tidak berhak ikut campur dalam kehidupan dan kematian manusia. Pergilah kau
roh terkutuk !” teriak sang paranormal.
Sampai pada puncak doa yang dipanjatkan, Sovia pun
berteriak kesakitan. Seketika saat doa selesai dipanjatkan, semua benda-benda
yang bergerak sendiri dirumah itu berhenti dan pada saat yang sama, Sovia jatuh
pingsan. Wajah Sovia berubah menjadi wajah Sovia yang sebelumnya. Roh sang
nenek yang mengganggu keluarga itupun berhasil diusir. Sovia kembali sehat dan
normal seperti sebelumnya. Dan celengan peninggalan ayah Sovia pun terus
disimpan Sovia untuk mengenang sang ayah.
selesai